Sahabatku Levana I
Nama saya Kartika, usia 25 tahun dengan tinggi
168 cm, berat 53 kg, asli orang Bandung, kulit putih bersih. Ukuran
payudara saya yang 34C termasuk lumayan besar untuk gadis seusia saya.
Pekerjaan saya adalah sebagai manager operasional di sebuah perusahaan
terkenal di daerah saya. Saya ingin mengeluarkan gelisah hati yang saya
pendam selama ini, mudah-mudahan saya bisa berbagi dengan pembaca
sekalian.
Saya di kantor mempunyai sahabat yang namanya Levana, sering saya
panggil Ana. Orangya supel, dan mudah bergaul, tingginya 172 cm/53 kg,
dengan kulit putih mulus, maklum orang Menado asli, 34B ukuran
payudaranya. Saya mempunyai kelainan ini sejak masih gadis pada saat
tinggal bersama kakak saya, Mbak Erni namanya.
Kapan-kapan saya ceritakan sejarah lesbian saya, tapi saya juga
suka cowok lho sama seperti gadis-gadis lain. Hanya saja hampir tujuh
puluh persen saya menyenangi cewek, saya tidak mengerti mengapa saya
begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh total ya?! Saya sering
jalan bersama Ana kalau ada undangan karena saya belum ada pasangan,
banyak sih cowok yang naksir, cuma saya masih enggan saja untuk
berpacaran. Saya ingat betul awalnya yaitu pada saat bulan Agustus
2004, sehabis pulang kantor.
*****
"Ka, sini sebentar" panggil Ana pada saya sambil mendekatkan Mercynya.
"Ada apa Na?" tanya saya heran pada Ana.
"Boleh nggak minta tolong?"
"Tolong apa?"
"Itu lho, rumah saya khan sedang direnovasi.."
"Terus?"
"Mmh, boleh numpang nginep nggak di rumahmu?" tanya Ana ragu-ragu.
"Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?"
"Iya, boleh khan?" tanya Ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
"Udah, nggak usah banyak omong, ayo jalan" perintah saya sambil tersenyum.
"Okey, trim's ya"
Maka setelah Ana mengambil baju sekedarnya, kami berdua meluncur ke
rumah saya yang memang agak jauh dari kantor. Rumah saya mempunyai
empat kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar saya di tengah, saya
tinggal sendiri karena orang tua saya tinggal di Surabaya.
"Na, ini kamarmu ya" kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar padanya di ujung depan.
"Trim's ya" jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
"Kutinggal dulu"
"Ya.." jawabnya sambil lalu.
Saya kemudian menuju kamar untuk mandi dan berganti baju, soalnya
gerah sejak tadi. Sedang asyik-asyiknya saya memilih BH, tiba-tiba Ana
masuk ke kamar.
"Eh.. Maaf ka, lagi pake baju ya?" katanya kaget melihatku masih
memakai celana dalam berwarna merah dan belum mengenakan BH sama
sekali.
"Oh Ana, masuk Na, nggak apa-apa kok" jawab saya sambil tersenyum
melihatnya yang masih memandangi payudara saya yang termasuk besar dan
montok.
"Wah, badanmu seksi juga ya?" ujarnya.
"Tentu saja, habis saya rajin senam sich"
"Oh ya, ada film bagus nich, nonton yuk" ajak Ana sambil menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
"Bentar Na, kuganti baju dulu ya" jawabku sambil memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek.
"Kutunggu ya.."
"Ya". Kemudian Levana sudah duduk di depan TV sambil makan camilan, sedang saya masih sibuk membereskan baju yang berserakan.
Malam itu Ana mengenakan daster kuning hingga kelihatan kulit
lengannya yang putih mulus, kadang-kadang karena duduk kami yang mepet,
Ana dengan tak sengaja menyenggol payudara saya hingga perasaan saya
jadi bertambah aneh. Mungkin karena acara TV yang membosankan, saya
jadi tak tertarik lagi, saya lebih tertarik memperhatikan Ana saja.
Ternyata Ana yang memakai daster itu, sudah tidak memakai BH lagi
hingga tonjolan payudaranya kelihatan mencuat ke atas, mungkin karena
kami sama-sama perempuan, jadi Ana tidak malu-malu lagi, bahkan
kadang-kadang kakinya dinaikkan ke meja hingga bawahan dasternya jadi
tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna putih.
Perasaan saya jadi lain hingga saya memutuskan untuk ke kamar dan
berganti baju dengan daster tanpa memakai BH dan celana dalam juga,
supaya bertambah nyaman kalau berdekatan dengan Levana. Sungguh Levana
itu gadis yang cantik seperti artis mandarin. Saya kembali ke ruang
tamu dan membawa kaset DVD untuk saya tonton bersama Ana, siapa tahu
saja Levana tertarik dengan filmnya dan ingin mmh..
"Na, ganti ama DVD ya?"
"Film apaan tuch?"
"Ini, film romantis dari Jepang, pengin liat nggak?"
"Ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yang menarik sich"
"Okey, duduk dekat sini" pinta saya pada Ana untuk duduk di sofa agar nyaman menonton film itu.
Sebetulnya sich, itu film triple X dari jepang mengenai seorang
gadis yang mencintai guru wanitanya lalu mereka bersetubuh dan bercinta
dengan gaya yang romantis dengan berbagai macam gaya. Volume TV dan AC
saya perbesar hingga Ana mendekat dan mepet dengan saya. Untung rumah
sudah sepi karena pembantu sudah pulang semua dan lagi rumah saya
besar, jadi volume suara TV yang besar itu tidak kedengaran lagi dari
luar.
"Film BF ya?" tanya Ana tanpa menoleh pada saya.
"Tapi bagus lho, untuk pelajaran sex"
"Bagus, sich bagus, tapi saya jadi pengin nich" gumam Ana tak jelas
karena napasnya yang makin berat dan diselingi suara orang bercinta
dari TV yang makin kencang.
"Gimana kalau kupegang payudaramu" usulku.
"Hush, ngaco kamu Tika, kita ini sama-sama cewek tau" jawabnya
sambil monyong, namun itu justru menambah gairah saya semakin tinggi.
"Daripada kamu megang sendiri, hayoo" jawab saya tak mau kalah sambil meraba payudaranya.
"Jangan, Tika.. Jangan.." teriaknya keras karena kaget payudaranya
saya pegang. Namun teriakannya tak membuat saya jera, bahkan telinganya
yang sensitif saya cium dengan lembut.
"Kurang ajar kamu, sst.." tolaknya lemah dengan mendesis.
"Mmh.."
Pergumulan saya dengan Ana berlangsung seru, hingga beberapa menit
Levana masih memberontak, tetapi karena gairahnya sudah naik dan
ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah sensitifnya,
akhirnya Ana menyerah juga. Bahkan dengan sigap membalas mencium bibir
saya dengan ganas sambil meraba vagina saya yang sudah mulai basah
sejak tadi.
"Sst.. Mmh.. Tunggu.." potong saya menghentikan ciuman dan serangannya Ana.
"Hahh, ada apa Ka?"
"Buka dastermu.." pinta saya untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
"Wah, susumu besar juga ya?" kata Levana kagum melihat payudara
saya yang sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana
dalamnya pun ikut dilepaskan juga hingga kami menjadi sama-sama bugil.
Dan kami pun kembali saling berciuman di sofa tanpa mempedulikan
film jepang itu. Saya mengambil inisiatif untuk memulai mencium
payudaranya.
"Sst.. Sst.."
"Mmh.. gantian.." rintih Ana karena tidak dapat menahan ciuman dan jilatan lidah saya pada payudaranya.
Maka saya pun berganti posisi dengan Ana yang menjilat payudara
saya dengan semangat hingga vagina saya juga ikut dibelai, bahkan
jari-jarinya yang lentik keluar masuk ke dalam lubang vagina saya
dengan cepat hingga saya mengalami orgasme yang pertama.
"Mmh.. Enak.. Na, cepetan.. Sst.." rintih saya karena tak tahan
lagi dengan permainan Ana yang begitu hebat, bahkan Ana sekarang
menjilat vagina saya dengan liar hingga beberapa menit, saya semakin
mendorong vagina saya ke arah mulutnya yang sedang menghisap bagian
dalam.
"Sstss.. pinggirnya.. ssts.. Ya.. yang i.. tu.." rintih saya terpatah-patah.
Tiba-tiba Levana menghentikan permainannya..
"Ada apa Na?"
"Kita coba yang seperti di film, mau khan?" usulnya.
"Boleh saja.." jawab saya senang karena memang senang dengan gaya enam sembilan.
Gaya enam sembilan itu maksudnya saya yang berada di posisi atas
menghadap Levana yang berada di posisi bawah dengan saling menjilat
vagina masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala saya terjepit
oleh Levana yang rupanya juga telah mengalami orgasme yang pertama.
Kami melakukan pergumulan itu di sofa hingga dua jam dan rupanya Levana
pun puas atas permainan itu.
"Hahh, lega rasanya.."
"Gimana, enak nggak?"
"Enak juga ya"
"Mau lagi nggak?"
"Mau dong kalau caranya gitu" jawab Ana manja sambil mencium bibir saya gemas.
Malam itu saya dan Levana menghabiskan permainan yang seru itu di
kamar, bahkan Ana tak henti-hentinya meremas payudara saya dengan
gemas, kadang-kadang saya puaskan Levana dengan alat kelamin pria
plastik, tentu saja alatnya yang bisa bergetar hingga itu menambah
nikmat percintaan saya dengan Ana. Beberapa ronde kami lalui hingga
pagi, juga di kamar mandi.
*****
Keesokannya, seperti biasa saya sudah bersiap ke kantor dengan Levana.
"Ayo Na, udah siap belum?"
"Udah boss, ayo" gandeng Ana mesra sambil mencium bibir saya lembut.
"Hush, nanti dilihat orang lho"
"Iya ya.."
Maka sejak itu, saya dan Levana sering bercinta di rumahnya atau
rumah saya, bahkan pernah beberapa kali kami bercinta di dalam mobil.
Pada saat hari libur, Levana mengajak saya dan beberapa temannya ikut
berdarmawisata ke pulau Bali dan Lombok. Salah satu di antaranya
bernama Fifiani yang orang Malang.
"Tika, kamu ikut tour besok nggak?" tanya Levana.
"Tentu dong, yang ke Bali dan Lombok khan?" jawabku.
"Iya dong, eh.. kenalin nich, teman saya" ujar Levana memperkenalkan temannya.
"Fifiani" katanya memperkenalkan diri.
"Kartika Sari" jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning langsat itu.
"Ayo Na, sampai besok ya" jawab Levana menggandeng Fifiani.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, saya dengan beberapa teman
kantor jadi berwisata ke pulau Bali dan Lombok, juga ada Fifiani dan
Levana. Dari obrolan kami, saya ketahui bahwa Fifiani itu umurnya baru
23 tahun, 172 cm/53 cm, dengan payudara 34C, orangnya cukup ramah dan
sopan. Levana pernah bercerita pada saya bahwa Fifiani adalah seorang
lesbian sejati, sudah pernah beberapa kali pacaran, namun kandas di
jalan hingga hatinya hancur lebur.
"Ana, sini bentar Na" panggil saya pada Ana.
"Ada apa Tik"
"Tukeran duduk ya, Fifiani di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?" usulku.
"Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang"
"Please dong, khan kamu udah lama kenal ama Fifiani"
"Iya dech, cuman aku boleh liat dong di sebelah.." canda Ana sambil mencolek payudara saya dengan gemas.
Akhirnya dalam bis itu, saya yang mulanya duduk di belakang dengan
tas besar entah siapa yang punya, dapat kesempatan duduk dengan Fifiani
yang cantik. Levana tak ketinggalan duduk di sebelah dengan tas besar
yang sudah saya pindahkan. Fifiani dalam perjalanan itu memakai rok
jins hitam dengan kaos merah mudanya, sungguh serasi dengan bentuk
tubuhnya yang proporsional.
Ke Bagian 2
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1682